Sabtu, 04 April 2015

Cerpenku ( mengandung teks prosedur kompleks)



THE BLOOD MAN (MANUSIA HAUS DARAH)

Suatu hari, seorang wanita hamil dilarikan ke sebuah rumah sakit, tepatnya ke Rumah Sakit Harmoni. wanita tersebut akan melahirkan. wanita tersebut hanya ditemani oleh ibu dan ayahnya. Di manakah suaminya? Suaminya meninggal tepat 5 bulan yang lalu karena sebuah kecelakaan.
Sesampainya di rumah sakit, ibu tersebut dibawa ke ruang bersalin. 2 jam sudah berlalu. Akhirnya bayi yang ia kandung lahir. Tapi ada sesuatu yang aneh. Bayi tersebut tidak menangis sama sekali. Dan jalan darah bayi tersebut terlihat sangat jelas di seluruh permukaan tubuhnya.
“Dokter. Ada apa dengan anak saya dok?” Tanya wanita tersebut yang diketahui namanya adalah Lia.
“Semuanya akan  baik-baik saja, Bu. Saya akan memeriksanya terlebih dahulu. Setelah suster membersihkan semuanya, Anda boleh istirahat terlebih dahulu sambil menanti hasil pemeriksaannya keluar,” jawab Dokter. Dokter pun segera membawa bayi tersebut ke ruang pemeriksaan bayi dibantu oleh seorang suster.

1 hari kemudian, hasil pemeriksaan si bayi sudah keluar. Dokter memanggil Lia beserta ibunya ke ruangnya untuk memberitahukan hasil tersebut.
“Bagaimana, Dok? Anak saya baik-baik saja kan?” Tanya Lia pada dokter.
“Mmmm..., Dari hasil pemeriksaan, anak ibu terinfeksi virus VBT-01,” jawab Dokter.
“Virus VBT-01?” Lia terkejut mendengar pernyataan Dokter.
“Iya. Virus VBT- 01 ini tak diketahui karena tercipta semenjak jaman kuno sehingga tak dapat disembuhkan. Virus ini mempercepat pertumbuhan telomerase sehingga memperlambat penuaan pada manusia. Dan orang yang telah terinfeksi memiliki kemampuan melebihi manusia normal dan secara spontan terjadi penyembuhan. Apabila melihat darah, mereka akan berubah menjadi seperti monster dan akan haus oleh darah,” dokter menjelaskan kepada Lia tentang penyakit bayinya.

12 tahun kemudian....
 “Ma. Ryan berangkat dulu, ya. Assalamu ‘alaikum,” pamit Ryan sambil mencium tangan mamanya.
“Wa’alaikum salam. Hati-hati ya, Nak!” balas Lia
Ya, saat ini anak Lia, Ryan, sudah duduk di bangku SMP kelas VII. Ia mendaftar di salah satu SMP favorit di Jakarta, SMP 13 Jakarta. Hari ini hari pertama Ryan bersekolah di sana.

Upacara penerimaan siswa berjalan dengan lancar. Siswapun membubarkan diri dan bergegas untuk mencari kelas mereka masing-masing. Sesudah melihat papan pengumuman, Ryan menuju ke kelasnya, yaitu kelas VII A. Sesampainya di kelas VII A, Ryanpun memilih tempat untuk tempat duduknya. Lalu ia memutuskan untuk duduk di bangku nomor dua dari pintu. Di kelasnya ini, tidak ada satu orangpun yang ia kenal.
“Bolehkah aku duduk sebangku denganmu?” tiba-tiba seorang anak laki-laki mendekatinya.
“eemm..eemm.., bo..boleh,” balas Ryan agak gugup.
“Terimakasih,” ucap anak tersebut sambil duduk di sebelah Ryan. “Namaku Hasan, Hasan Kumbayaka. Nama kamu?” Tanya anak tersebut yang diketahui namanya Hasan.
“Oh, hai. Namaku Ryan, Ryan Adiwangsa. Salam kenal,” dengan muka kakunya.

Kira-kira sudah 5 bulan Ryan bersekolah di sini. Dia sudah bisa beradaptasi di sekolah ini. Kini ia dan Hasan juga sudah akrab. Ibu mereka berduapun juga menjadi sahabat. Karena rumah Hasan tidak terlalu jauh dari rumahnya, mereka selalu pulang bersama. Belajar dan bermainpun selalu bersama. Saling membantu satu sama lain.

Tidak seperti biasanya, siang itu Ryan pulang terlambat. Ryan pulang dalam keadaan menangis. Bercak-bercak darah di bajunya masih terlihat sangat jelas. Lia yang sedang menjemur pakaian di depan rumah terkejut melihat keadaan Ryan tersebut. Ia pun berlari kearah Ryan dan memeluknya.
“Kamu kenapa, Sayang? Ada apa denganmu? Kenapa bajumu penuh dengan darah?” Tanya Lia cemas. “ayo kita masuk ke rumah!” tambahnya sambil menggendong Ryan.
(Di kamar Ryan)
“Ada apa, Yan? Cerita sama mama, Nak!” ucap Lia
“Hikkss....,tadi.....
~~~oOo~~~
Hari ini, Ryan dan Hasan pulang bersama mereka tidak melewati jalan yang biasa mereka lewati. Mereka melewati sebuah jalan gang. Sebenarnya, daripada lewat jalan raya, lewat jalan gang ini lebih cepat untuk menuju ke rumah mereka. Hanya saja, jalan ini lebih sepi. Oleh karena itu, mereka mencoba untuk melewati jalan tersebut. Di tengah perjalanan tiba-tiba ada 5 anak laki-laki yang menghadang mereka. Beberapa dari mereka ada yang membawa benda tumpul. Ada juga yang membawa benda tumpul.
“Woi!!” teriak salah seorang laki-laki. “Kalau kalian mau lewat jalan ini, serahin uang kalian. Atau kalian bakal kita bikin babak belur,” tambahnya.
“Kenapa harus bayar? Kan ini jalan umum. Bukan wc umum,” ceplos Hasan.
“Berani juga kau!” kata anak yang lainnya sambil menarik kerah Hasan.
“Memang benar kan, kalu ini jalan umum? Siapapun itu boleh melewati jalan ini!” kata Ryan sedikit marah karena perlakuan anak tersebut kepada Hasan.
“Oh, kau menantang kami ya? Boleh..boleh akan aku ladeni kau,” laki-laki yang menarik kerah Hasan tadi melemparkan Hasan dan beralih mendekati Ryan. Hasan jatuh terduduk di belakang 4 anak laki-laki yang lain. BUUKK!! Sebuah tinjuan mendarat di dekat mulut Ryan. Ryan meraba di sekitar mulutnya menggunakan tangannya. Ryan menemukan bahwa di tangannya terdapat darah. Beberapa saat kemudian, tiba-tiba saja kuku jarinya mulai memanjang, mata berubah menjadi seperti mata singa. Dan juga giginya memanjang menjadi sebuah taring.
5 orang laki-laki tadi terkejut melihat apa yang ada di hadapannya ini. Mereka berusaha untuk lari menjauh. Namun apa daya. Ryan yang sudah menjadi monster itu sudah haus akan darah. Ryan pun mulai menghisap darah mereka satu-satu. Hasan yang melihat kejadian itu terlihat sangat terkejut.
“Monster? Ryan adalah monster?” katanya lirih. Mukanya berubah menjadi pucat. Hasan berusaha untuk lari. Lari menjauh dari apa yang ada di hadapannya.
20 menit sudah berlalu. Ryan sudah selesai menghisap darah 5 laki-laki tadi. Beberapa saat kemudian, perlahan-lahan kuku jari dan matanya kembali ke bentuk semula. Taringnya juga menghilang. Ryan pun tersadar. Dia merasa syok dengan apa yang ada di hadapannya. Darah berceceran dimana-mana. Sampai di bajunya pun terdapat bercak-bercak darah. Ryan pun berlari menjauh dari tempat itu sambil menangis.
~~~oOo~~~
“Ryan takut, Ma. Ryan takut,” Ryan masih menangis.
Mendengar cerita Ryan, Lia pun terkejut. Baru pertama kalinya terjadi kejadian yang selama ini ia takutkan. Lia pun memeluk Ryan yang masih menangis.
“Kamu tidak perlu takut, Sayang. Kamu bukan monster. Kamu terinfeksi virus. Kamu sudah terinfeksi sebuah virus yang disebut VBT-01. Ayahmu dulu juga terinfeksi. Kamu bukan monster, Sayang.” Lia menjelaskan semua kepadaanaknya. Ia juga ikut menangis.

Setelah kejadian itu, Hasan tidak pernah jalan, bermain atau pun pulang bersama Ryan. Dia masih syok setelah mengetahui bahwa temannnya ini adalah monster. Dia merasa takut apabila dekat-dekat dengan Ryan. Dia takut kalau nanti dia juga di hisap darahnya seperti anak-anak kemarin.
Mengetahui hal tersebut, Lia mencoba untuk berbicara dengan Hasan. Dia menjelaskan semuanya kepada Hasan. Hasan mulai mengerti dengan apa yang terjadi pada Ryan.
“Karena hanya kamu yang mengetahuinya, apakah kamu berjanji untuk menjadi sahabatnya, mengerti dia, dan melindungi dia agar tidak terjadi kejadian seperti itu lagi?” Tanya Lia kepada Hasan
“Baik, Tante. Hasan akan mencoba menjadi teman yang baik unutk Ryan,” sahut Hasan.

Semenjak itu, Hasan kembali berteman dengan Ryan. Dia sudah tidak takut lagi kepada Ryan. Dia juga membantu Ryan untuk mencegah hal-hal seperti yang lalu terulang kembali. Serta membantu mencari obat untuk menyembuhkan Ryan.
tamat

4 komentar:

  1. We, la dapat ide dari mana, Mbak?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Dari nonton film vampir dan tiba-tiba muncul ide buat bikin cerpen kayak begini, Pak.

      Hapus
  2. Komentar ini telah dihapus oleh administrator blog.

    BalasHapus
  3. Komentar ini telah dihapus oleh administrator blog.

    BalasHapus