Kamis, 23 Oktober 2014

teks anekdot 1



Pengamalan Dasa Dharma yang Ke-4

                Dasa Dharma adalah kode moral Pramuka yang bukan hanya seorang pramuka saja yang harus memiliki atau mengamalkannya. Tetapi semua orang harus dapat mengamalkan Dasa  Dharma tersebut dalam kehidupan sehari-hari. Kiki salah satunya. Dia ingin sekali mengamalkan Dasa Dharma tersebut dalam kehidupan sehari-harinya.
          Pada hari Senin, sekolah Kiki sedang mengadakan Ulangan Tengah Semester Gasal. Sebelumnya juga sudah diberitahu bahwa hari itu akan diadakan Ulangan Tengah Semester Gasal. Dan para siswa dihimbau untuk mempersiapkan hal tersebut. Dan Kiki akan mengerjakan Ulangan Tengah Semester Gasal tersebut di ruang 2047.
Hari pertama di ruang 2047 saat pembagian soal mata pelajaran Matematika…
          “ Aaauuuhhh….kenapa soalnya sulit banget sih ?? Tadi malem nggak belajar lagi.” Kata Kiki dalam hati.
          “ Ya. Anak –anak silahkan dikerjakan soalnya. Kalian semua diberi waktu dua jam untuk mengisi semua soal. Jangan ada yang kosong dan JANGAN MENYONTEK.” Kata Pak Dudu yang saat itu bertugas untuk menjaga ruangan UTS Kiki.
          “ Baik, Pak.” Seru semua siswa yang ada di ruangan tersebut.
          Namun belum sampai sepuluh menit kemudian, Kiki sudah mulai kewalahan mengerjakan soal-soal yang diberikan padanya. Jadi….
          “ Cup… Cup…” Kata Kiki setengah berbisik agar tidak ketahuan Pak Dudu kepada Ucup yang  duduk disebelah tempat duduknya.
          “ Apa ?? “ Kata Ucup yang juga setengah berbisik.
“ Kasih tau jawaban nomor lima dong…” Kata Kiki sambil menunjukkan lima jarinya sebagai kode nomor.
Tapi tanpa disadari oleh Kiki ternyata Pak Dudu yang tadinya sedang duduk sambil membaca Koran, kini sudah berdiri tepat di sebelahnya.
“ Kiki. Apa yang sedang kamu lakukan ?! Kamu nyontek yaa ?!! ” Kata Pak Dudu setengah membentak.
“ Nggak, Pak. Saya nggak ngapa-ngapain.” Kata Kiki.
“ Lha tadi itu apa ?! ”
“ Ooh… Saya nggak nyontek. Tadi saya sedang bermusyawarah dengan Ucup tentang nomor lima, Pak.” Kata Kiki agak polos.
“ Itu sama aja, Kiki. Kenapa kamu melakukan hal seperti itu ? Kan tadi bapak sudah mengatakan jangan menyontek !
“ Saya tadi musyawarah, Pak. Bukan nyontek. Bapak tahu Dasa Dharma kan, Pak ? ”
“ Iya, bapak tahu. Terus apa hubungannya dengan kamu nyontek ? ”
“ Kata bapak kita harus mengamalkan Dasa Dharma. Iyakan ? ”
“ Iya.. Terus hubungannya apa ? ”
“ Lha kan Dasa Dharma yang keempat itu berbunyi patuh dan suka bermusyawarah. Lha ini saya sedang mengamalkan Dasa Dharma yang keempat itu, Pak. Yaitu suka bermusyawarah.” Kata Kiki dengan santainya.
“ KIIKIIII !! KELUAR KAMU DAN KAMU TIDAK DIPERBOLEHKAN MENGIKUTI ULANGAN TENGAH SEMESTER MATA PELAJARAN INI !! ” Kata Pak Dudu marah.
Akhirnya Kiki keluar ruangan ulangan dan tidak diperbolehkan untuk mengkuti ulangan tengah semester mata pelajaran Matematika. Dan Pak Dudu hanya bisa  mengelus dada akibat ulah dan alasan Kiki tersebut.

Rabu, 22 Oktober 2014

Laporan Hasil Observasi



            Benda-benda yang ada di kelas X-MIA 3 dapat dikelompokkan menjadi 2 yaitu benda hidup dan ben mati. Yang termasuk dalam benda hidup yaitu manusia atau siswa yang menempati kelas X-MIA 3. Sedangkan yang termasuk benda mati di kelas X-MIA 3 yakni alat-alat / benda-benda / sarana prasarana yang mendukung kegiatan belajar mengajar dan yang terdapat di kelas X-MIA 3.
            Siswa yang menempati atau menghuni kelas X-MIA 3 ada 26 anak yang terdiri dari 10 anak laki-laki dan 16 anak perempuan. 10 anak laki-laki tersebut bernama Amien Faishal Basri, Bagus Ali Noguan, Deni Irawan, Gilang Adhi Priambudi Pratama, Humam Haidar, Krisnajati Dharma Dewa, Mochamad Raihan Hibramantyo, Muhhamad Nugroho, Muhammad Rizki Ekananda, dan Satria Angkasa Majid. Sedangkan anak perempuan yang berjumlah 16 yaitu Annisa Nursiningtias, Arin Trianawati, Dhika Kusuma Dewi, Eka Putri Kurniawati, Fela Disma, Ira Dwi Agustin, Kurnia Dani Yudhitya, Luthfiana Riski Dewanti, Niken Wahyu Nurdiyanti, Ratri Febriana, Risma Purnamasari, Sarah Purna Ningrum, Sonnia Festiyana, dan Windy Ayu Laksmita.
            Siswa-siswa diatas sebagian besar berasal dari luar Kota Magelang atau berasal dari Kabupaten Magelang. Ada 21 (dua puluh satu) anak yang berasal dari Kabupaten Magelang, yaitu ada yang dari Secang, Bandongan, Kalinegoro, Candimulyo, Grabag, Perum. Jambe Wangi 2, Mertoyudan, Ngepos, Pakis, Pancaarga, Tempuran, Salaman, dan Mungkid. Sedangkan 5 (lima) anak yang lain berasal dari Kota Magelang.
            Di kelas X-MIA , sebagian besar siswanya bergabung dalam organisasi yang ada di SMAN 2 Magelang yang terdiri dari OSIS, MPK, dan BANTARA. Yang bergabung dalam organisasi OSIS ada dua (2) orang yaitu Eka Putri Kurniawati dan Ira Dwi Agustin. Anggota MPK dari kelas X-MIA 3 juga ada dua (2) orang yaitu Bagus Ali Noguan dan Muhamad Nugroho. Sedangkan organisasi BANTARA banyak diminati oleh siswa kelas X-MIA 3, yaitu terdapat 13 anak yang mengikuti organisasi tersebut : Amien Faishal Basri, Annisa Nursiningtias, Gilang Adhi Priambudi Pratama, Humam Haidar, Krisnajati Dharma Dewa, Kurnia Dani Yudhitya, Muhammad Rizki Ekananda, Nur Asri, Risma Purnamasari, Satria Angkasa Majid, dan Sarah Purna Ningrum.
           Benda mati atau alat-alat / benda-benda / sarana prasarana yang mendukung kegiatan belajar mengajar di kelas X-MIA 3 yaitu 15 meja ( 14 meja untuk siswa dan 1 meja untuk guru ) yang masing-masing terbuat dari kayu, 29 buah kursi ( 28 buah kursi untuk siswa dan 1 buah kursi untuk guru ) yang msing-masing juga terbuat dari kayu, 4 papan tulis ( 2 untuk kegiatan belajar atau untuk tempat guru menulis materi, 1 papan tulis yang digunakan untuk menempelkan pengumuman dan 1 papan tulis yang digunakan siswa untuk menempel puisi atau karya-karya islami buatan siswa kelas X-MIA 3 ), 1 papan absensi, 2 buah penghapus papan tulis yang masing-masing terbuat dari kayu dan plastic, 3 buah sapu ( terbuat dari bunga glongong ), 1 serok sampah plastic, 2 buah kemoceng (terbuat dari bulu ayam), 1 buah LCD yang diletakkan di langit-langit kelas X-MIA 3, 1 buah foto Bapak Presiden Susilo Bambang Yudhyono, 2 buah pintu ( masing-masing terletak di samping depan dan belakang kelas X-MIA 3 ), jendela beserta fentilasinya, dan hasil-hasil prakarya siswa-siswi tahun lalu atau kakak kelas yang dulu menempati kelas X-MIA 3 ( terletak di sebelah meja guru ).

Teks Anekdot

                Di sebuah kota nan jauh disana ada sebuah desa yang tentram, dan damai yang bernama Desa Sonseuko. Pada suatu hari di desa tersebut ada warga yang tertangkap basah sedang mencuri di sebuah rumah. Dan ternyata pencuri tersebut adalah Pak Junyong.
 Kemudian pencuri itu dibawa ke kantor polisi. Sesampainya di kantor pemeriksaan, pencuri tersebut diserahkan kepada petugas disana yang kebetulan yang sedang bertugas adalah Pak Ucup. Pak Ucup ini sebenarnya agak oon, tapi karena dia ini baru, jadi tidak ada yang tau itu.
Saat interogasi……….
 “ Apakah benar kamu mencuri di rumah Pak  Deje ? ” Kata Pak Ucup memulai interogasi.
“ Ya, Pak… benar saya melakukannya.”  Kata Pak Junyong dengan jujur.
 “ Lalu, kenapa kamu mencuri ?” Tanya pak ucup lagi.
“ Oohh….ya karena itu adalah pekerjaan saya, Pak.“ Kata Pak Junyong dengan santainya.
“ Aaaa……..pekerjaan utama ?“
“Iyaa, Pak. Yaa..kan bapak tau sendiri, sekarang itu nyari pekerjaan itu susahh.“
 “ Uuummm…ya ya…saya paham itu. Ya sudah, kalau begitu, kamu boleh pulang.”
“ Haaahh ??” Kata Pak Junyong kaget.
“Iyyaa…kamu boleh pulang....makassiihh ya, udah mau mampir kesini.”
“Hhaahh ?? iii…ii.iyaaa, Pak.” Kata pak Junyong yang masih cengo dengan perkataan Pak Ucup tadi.
          Pak Junyong pulang dengan perasaan heran. Namun dalam hatinya dia bersyukur karena tidak  jadi dipenjara karena ke-oon-an Pak Ucup.